Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991

PR-ku adalah merindukanmu. Lebih kuat dari Matematika. Lebih luas dari Fisika. Lebih kerasa dari Biologi.”
-Dilan

“Kalau limun menyegarkan, kamu lebih. Kalau cokelat diisi kacang mete katanya enak, tapi kamu lebih. Atau, ada roti diisi ikan tuna berbumbu daun kemangi, kamu lebih. Kamu itu lebih sehat dari buah-buahan. Tahu gak? Lebih berwarna dari pelangi. Lebih segar dari pagi. Jadi, kamu harus mengerti, ya, aku menyukaimu sampai tujuh ratus turunan, ditambah 500 turunan lagi.”

Di hatiku adalah dia, dengan perasaan hangat yang kumiliki. Di kepalaku adalah dia, dengan semua sensasiku dan alam imajinasiku yang melayang.

Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu!

Aku merasa sedih untuk apa yang hilang, tapi kupikir mungkin ada pelajaran yang bisa kita dapati dari situ. Masa lalu bukan untuk diperdebatkan. Itu sudah bagus. Biarkan.

selalu ingin kupastikan bahwa ia masih ada di Bumi.

Saat itu, ketika aku bertanya-tanya ten-tang kamu, apakah kamu juga bertanya-tanya tentang aku? Di saat aku sedang merasa rindu, apakah kamu juga merasakan hal yang sama, meskipun kamu sudah senang dengan kehidupan barumu?

Kalau kamu ninggalin aku, itu hak kamu, asal jangan aku yang ninggalin kamu. Aku takut kamu kecewa.”

Dia itu selalu bisa membuat aku ketawa atau minimal cuma senyum.

Kalau dulu aku berkata bahwa aku mencintai dirimu, maka kukira itu adalah sebuah pernyataan yang sudah cukup lengkap dan berlaku tidak hanya sampai di hari itu, melainkan juga di hari ini dan untuk selama-lamanya.