Barangkali puisi datang untuk membuat kita kembali menyimak dari dekat kehadiran bahasa, merasakan kasar-halus teksturnya, lagunya, dan merawat rasa takjub yang lugu: kenapa bahasa bisa seakan-akan menampilkan dunia, hal-ihwal yang wadag maupun yang niskala, yang mustahil maupun yang sehari-hari. Padahal ia hanya sejenis bunyi-bunyian, atau guratan tanda-tanda pada sebentang permukaan.