Kau berkas biru langit di jendelaku.Tetapi kau pergi, hari-hariku pun kembali diisi sunyi.Kini kau kembali, tapi tak lagi kulihat biru.Langit yang mengiringi langkahmu mendung dan penuh badai. Sejak sakit merampas pendengarannya, dunia Rahani menjadi sunyi dan sepi. Tuli dan tak lagi bisa bermain cello untuk mengejar kegeniusan sang kakak, dia tersingkir dari pandangan sang ibu yang memuja sang kakak. Pelarian Rahani adalah Bayu, yang selalu membawanya menikmati berkas biru langit di balik Jendela Leiden di rumah seberang jalan.Tetapi, tragedi datang beruntun. Bayu pergi, kakak dan ayahnya meninggal dalam kebakaran. Tinggallah Rahani sendirian, merawat ibunya yang sakit akibat beban duka. Pelarian Rahani hanyalah menatap langit di Jendela Leiden rumah Bayu, sembari memainkan cello peninggalan sang kakak, meski musiknya tak bisa dia nikmati lagi.Lalu, seorang pemuda misterius muncul ketika Rahani memainkan cello. Dia mengenalkan Rahani pada langit malam. [Mizan, Qanita, Novel Romansa, Remaja, Indonesia]