Tak terasa airmataku mengalir, dadaku sebak kerana rasa terharu yang teramat sangat.
Tangisanku mulai gugur dalam isak tangisanku, semua kebaikan Raihana yang selama ini mulai terbayang di benak fikiranku.
Wajahnya yang teduh bagaikan baby face, pengorbanan serta pengabdiannya yang tiada putusnya, dengan suaranya yang lembut, tangisannya yang mengalirkan perasaan haru dan cinta.
Benar cinta itu datang dalam keharuan yang aku rasakan.
Di saat keharuan yang aku rasai, ada hawa sejuk yang turun dari langit dan menusuk masuk dalam jiwaku.
Pada ketika itu, pesona terhadap kecantikan Cleopatra mulai pudar…
Segera ku kejar waktu untuk membuktikan cintaku pada Raihana.
Membuktikan rinduku yang tiba-tiba memenuhi set iap rongga dada ini.
Air mat aku berderai-derai ku pecut laju kenderaan ku dengan diringi deraian air mata yang tiada hentinya membasahi setiap perjalanan ku pada saat itu aku tak peduli lagi, aku ingin segera sampai dan meluahkan semua rasa cinta ini padanya yang berhati mulia.
Begitu sampai di halaman rumah mertua, tangisan ku sudah tidak dapat ditahan lagi.
Ku tahan jua sambil menarik nafas panjang dan mengusap air mata yang gugur.
Melihat kedatangan ku ibu mertua serta merta memelukku dan menangis terisak-isak.
Aku jadi hairan dan ikut sama menangis.
“Mana Raihana bu?”
Ibu mertua hanya menangis dan terus menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang terjadi.
“Isterimu, Raihana dan anakmu yang dalam kandungannya!”
“Ada apa dengan dia!”